JALAN MULIA
BERUNSUR DELAPAN
(Ariya
Atthangiko Magga)
Dalam
Dhammacakkappavattana Sutta; Samyutta Nikaya 56.11 {S 5.420}, Guru Buddha
mengajarkan Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) kepada Lima Bhikkhu
Pertama (Panca Vaggiya Bhikkhu), yang di dalamnya terdapat Jalan yang Menuju
Terhentinya Dukkha. Jalan itu disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan
(Ariya Atthangiko Magga).
Di
dalam Jalan ini mengandung unsur sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi), dan
panna (kebijaksanaan). Berikut pengelompokan unsur yang terkandung di dalamnya:
Pañña
1.
Pengertian Benar (sammâ-ditthi)
2.
Pikiran Benar (sammâ-sankappa)
Sila
3.
Ucapan Benar (sammâ-väcä)
4.
Perbuatan Benar (sammâ-kammanta)
5.
Pencaharian Benar (sammâ-ajiva)
Samâdhi
6.
Daya-upaya Benar (sammâ-vâyama)
7.
Perhatian Benar (sammâ-sati)
8.
Konsentrasi Benar (sammâ-samâdhi)
Jalan
Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga) dibabarkan sebagai berikut:
1. Pengertian
Benar (Sammã Ditthi)
adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
a.
Empat Kesunyataan Mulia
b.
Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c.
Hukum Paticca-Samuppäda
d.
Hukum Kamma
2.
Pikiran Benar
(Sammã Sankappa)
adalah pikiran yang bebas dari:
a.
Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
b.
Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
c.
Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)
3. Ucapan Benar
(Sammã Vãca)
adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã),
berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak
bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika
dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :
a.
Ucapan itu benar
b.
Ucapan itu beralasan
c.
Ucapan itu berfaedah
d.
Ucapan itu tepat pada waktunya
4. Perbuatan
Benar ( Sammã Kammantã ) adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan,
pencurian, perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan
(asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang
menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.
5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian
atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang
seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
a.
makhluk hidup
b.
senjata
c.
daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
d.
minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
e.
racun
Dan
terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya.
117), yaitu:
a.
Penipuan
b.
Ketidak-setiaan
c.
Penujuman
d.
Kecurangan
e.
Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)
6. Usaha Benar
(Sammã Vãyama)
dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah
munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada,
berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan
yang telah ada.
7.
Perhatian
Benar (Sammã Sati)
dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:
Ø Perhatian
penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
Ø Perhatian
penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)
Ø Perhatian
penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)
Ø Perhatian
penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã)
Keempat
bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.
8. Konsentrasi
Benar (Sammã Samãdhi)
berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu
keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha
Bhãvanã. Tingkatan-tingkatan konsentrasi dalam pemusatan pemikiran tersebut
dapat digambarkan dalam empat proses pencapaian Jhana, yaitu:
- Bebas dari nafsu-nafsu indria dan pikiran jahat, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna pertama, di mana vitakka (penempatan pikiran pada objek) dan vicãra (mempertahankan pikiran pada objek) masih ada, yang disertai dengan kegiuran dan kesenagan (piti dan sukha).
- Dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna kedua, yang merupakan ketenangan batin, bebas dari vitakka dan vicãra, memiliki kegiuran (piti) dan kesenangan (sukha) yang timbul dari konsentrasi.
- Dengan meninggalkan kegiuran, ia berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sadar, dan merasakan tubuhnya dalam keadaan senang. Dia masuk dan berdiam dalam Jhãna ketiga.
- Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan, dia memasuki dan berdiam dalam Jhãna keempat, keadaan yang benar-benar tenang dan penuh kesadaran di mana kesenangan dan kesedihan tidak dapat muncul dalam dirinya.
Siswa
yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan Utama memperoleh :
- Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa (Kekotoran batin).
- Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana (Rintangan batin).
- Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan Pañña dan terkikis habisnya Anusaya (Kecenderungan berprasangka).
Demikianlah
Jalan Utama Berunsur Delapan yang telah dibabarkan oleh Guru Buddha.
Satu-satunya Jalan yang menuju pada akhir Dukkha.
Dikutip dari : Bhagavant.com
Posting Komentar